SMPN 1 Karangpawitan Bersinergi dengan IPI Garut Gelar Seminar Pendidikan
Pojokgarut.com – Di balik dinding laboratorium IPA SMPN 1 Karangpawitan, Senin pagi 22 September 2025, semangat belajar tak hanya milik murid. Tiga puluh guru dengan wajah penuh rasa ingin tahu memasuki ruangan. Mereka datang bukan sekadar duduk, mencatat, lalu pulang. Mereka hadir untuk menyerap energi baru dari sebuah gagasan besar literasi yang membumi.
Gagasan itu datang dari sosok kepala sekolahnya sendiri, Dr. Budi Suhardiman, M.Pd. Ia bukan tipe pemimpin yang hanya mengatur dari balik meja. Budi memilih menjadi pelaku utama, teladan nyata, dan penggerak perubahan.
Dalam seminar yang digelar bersama Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Garut, Budi memaparkan konsepnya, Model Caladi. Sebuah akronim dari Contohkan, Ajak, Lakukan, Dorong, dan Internalisasikan.
“Literasi tak bisa hanya diperintah. Ia harus ditunjukkan. Kepala sekolah adalah role model, dan saya memulainya dengan memberi contoh, mengajak, lalu mendorong agar budaya membaca-menulis meresap dalam kehidupan sekolah,” ujarnya.
Kalimat sederhana itu bukan sekadar teori. Enam bulan terakhir, SMPN 1 Karangpawitan menjadi saksi nyata. Buku-buku lahir dari tangan guru dan murid, majalah sekolah Berkarsa (Berita Karangpawitan Satu) terbit rutin, dan kegiatan membaca menulis berubah menjadi kebiasaan sehari-hari.
Tak berhenti di situ, Budi bahkan melahirkan tradisi baru: penghargaan Raja Baca dan Ratu Baca bagi siswa yang rajin membaca dan menulis. Bagi Budi, inilah bukti bahwa literasi tak lagi sekadar program, melainkan kultur.
Kehadiran tiga dosen IPI Garut semakin memperkuat ruang diskusi. Nova Nurhanifah, M.Pd. dan Mega Achdisty N., M.Pd. berbagi tentang bagaimana kegiatan literasi di kampus bisa menginspirasi masyarakat luas. Sementara itu, Hendro Sugiarto, S.E., M.MKmt. menyoroti sisi lain, literasi finansial.
“Membaca buku penting, tapi mengelola keuangan juga bagian dari literasi. Investasi harus dipelajari sejak dini, dari keluarga,” pesannya.
Seminar ini menjadi bukti bahwa pendidikan tak bisa jalan sendiri. Sekolah butuh bersinergi dengan kampus, guru perlu terus belajar, dan murid harus didorong berani bermimpi.
Di titik inilah peran Dr. Budi Suhardiman begitu terasa. Ia bukan sekadar kepala sekolah, melainkan arsitek perubahan. Ia menyalakan api literasi bukan dengan perintah, melainkan dengan keteladanan.
Dan dari SMPN 1 Karangpawitan, pesan itu menggema ‘literasi bukan hanya soal membaca buku, melainkan membaca masa depan’.(**)