Berita  

Air Tak Mengalir, Tagihan Tetap Mengucur, Potret Kekecewaan Warga Garut pada PDAM Tirta Intan

(Caption : potret suram sering tersendatnya aliran air bersih PDAM menjadi hal klasik, kekecewaan pelanggan dianggap hal biasa /foto : air tidak mengalir)

Pojokgarut com– Di banyak rumah di Kabupaten Garut, keran air tak lagi jadi sumber kelegaan. Bukan suara gemericik yang terdengar, melainkan kekosongan. Air yang mestinya hadir setiap saat justru hilang ketika paling dibutuhkan. Ironisnya, di balik keran yang macet, tagihan tetap lancar mengalir.

Hani, warga Kampung Dayeuhandap, tak kuasa menyembunyikan kekesalan. Setiap pagi hingga petang, air yang diharap jadi penolong justru menghilang entah ke mana.

“Aneh, pas waktu dibutuhkan air selalu kecil. Hampir tiap pagi, siang, sampai magrib malah macet,” keluhnya dalam bahasa Sunda, Minggu (14/9/2025).

Hani bukan satu-satunya. Banyak warga lain yang mengalami hal serupa: kebutuhan harian terbentur, mulai dari mencuci, memasak, hingga sekadar menyiapkan air minum. Sementara itu, beban tagihan tetap menekan, bahkan meroket hingga ratusan ribu rupiah per bulan.

“Satu bulan hampir Rp120 ribu bahkan sampai Rp150 ribu, belum lagi denda. Saya komplain bukan karena tak mampu bayar, tapi karena kecewa,” ujar Hani.

Ironinya, air justru lancar mengalir saat malam menjelang, sekitar pukul 20.00–21.00 WIB. Warga pun terpaksa menyalakan mesin cuci, menimba bak mandi, bahkan mencuci piring larut malam.

“Masa harus nyuci tengah malam,” katanya getir.

Kekecewaan publik kini tertuju pada manajemen PDAM Tirta Intan. Harapan besar disematkan kepada tiga direksi baru yang tengah “gaspol” menjanjikan perbaikan layanan. Warga menanti bukan sekadar janji, tetapi bukti: air yang mengalir saat dibutuhkan, bukan sekadar angka yang terus berjalan di lembar tagihan.

Air bersih seharusnya bukan barang mewah. Ia adalah hak dasar. Tapi di Garut, hak itu kini terasa seperti mimpi yang menetes di waktu yang salah.(**)

Exit mobile version