(Caption :Wabup Garut Putri Karlina yang cantik Hadiri Jalan Santai dan Sepeda Santai di Bayongbong foto://team)
Pojokgarut.com– Minggu , 14 September 2025, suasana Pasar Andir, Kecamatan Bayongbong, berubah riuh dan penuh warna. Ratusan warga berkumpul, berbaur dalam semangat kebersamaan untuk mengikuti Jalan Santai dan Sepeda Santai Saba Lembur. Bukan sekadar olahraga, kegiatan ini menjadi simbol merayakan dua momentum besar: HUT ke-80 Republik Indonesia dan Diesnatalis Ikatan Pelajar Pelajar Mahasiswa Bayongbong (IPPEMSI).
Di tengah kerumunan, hadir Wakil Bupati Garut, Putri Karlina. Kehadirannya bukan hanya formalitas, melainkan juga bentuk dukungan nyata terhadap komunitas swadaya anak muda Bayongbong yang terus menghidupkan denyut sosial kemasyarakatan.
“Saya dari dulu sudah kenal dengan teman-teman IPPEMSI. Jadi, saya sangat mengapresiasi gerakan mereka, terutama di daerah ini. Apa pun kegiatan positif yang dilakukan, saya akan selalu support,” uja Putri, disambut tepuk tangan warga.
Putri menegaskan, gerakan seperti yang dilakukan IPPEMSI adalah contoh bagaimana energi masyarakat bisa tumbuh dari akar rumput. Kegiatan berbasis swadaya, kata dia, jangan hanya menunggu sokongan anggaran pemerintah, tetapi juga butuh dukungan moral dan ruang untuk berkembang.
“Kegiatan swadaya harus semakin banyak. Tidak semua harus berbentuk bantuan anggaran. Dukungan moral, apresiasi, bahkan sekadar hadir di tengah masyarakat, itu pun sangat berarti,” tambahnya.
Pernyataan ini seakan mengingatkan, pembangunan bukan hanya soal beton, semen, atau angka-angka dalam APBD. Tetapi juga tentang menghidupkan semangat gotong royong yang menjadi jantung budaya bangsa.
Namun di balik euforia acara, Putri tidak menutup mata terhadap kondisi nyata yang masih jauh dari ideal. Ia menyerap aspirasi warga yang menyampaikan keluhan soal minimnya fasilitas umum serta kondisi infrastruktur Pasar Andir yang belum tertata baik.
“Tadi banyak audiensi dengan warga. Saya tahu, pasar ini memang masih banyak masalah. Dari fasilitas umum hingga infrastruktur, masih belum layak. Saya akan mendorong Pak Bupati agar kebutuhan ini ditindaklanjuti. Dukungan pasti ada, meskipun nanti akan disesuaikan dengan kemampuan anggaran,” tegasnya.
Dengan gaya lugas, Putri ingin menegaskan bahwa kepemimpinan bukan hanya hadir di panggung seremoni, melainkan juga mendengar denyut nadi masyarakat, meski itu berupa keluhan sederhana tentang WC umum, drainase, atau jalan becek di sekitar pasar.
Acara di Bayongbong itu menjadi pengingat: perayaan kemerdekaan bukan sekadar upacara di alun-alun, melainkan juga gerakan sederhana di kampung-kampung. Jalan santai, sepeda santai, hingga obrolan ringan antara pejabat dan rakyat, adalah wujud nyata dari merawat Indonesia.
Di balik keringat warga yang bersepeda santai, ada pesan sederhana: kemerdekaan adalah tentang kebersamaan. Dan di balik kata-kata Putri Karlina, ada harapan bahwa pemerintah tidak hanya melihat rakyat sebagai angka statistik, tapi sebagai manusia yang layak mendapat perhatian.(**)